“Bagaimanakah seharusnya perilaku Pimpinan IPM itu?”
Sebuah
pertanyaan unik muncul ketika Pelatihan Kader Taruna Melati 1 di Madrasah
Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta (20/12/12). Beberapa kader mungkin juga
bertanya hal yang sama, karena kenyataannya tidak sedikit kader IPM yang
tindak-tanduknya tidak mencerminkan kader IPM.
Menjawab
pertanyaan di atas, kita patut mencoba memaknai kembali apa sebenarnya jati
diri IPM itu. Jika diterjemahkan secara bahasa Ikatan Pelajar Muhammadiyah berarti
“Ikatan Pelajar Pengikut Muhammad”. Terlepas dari berbagai deskripsi dan
berbagai rumusan ideologi IPM yang selama ini telah terbentuk, dapat diambil
kesimpulan sederhana bahwa kader IPM adalah sekumpulan orang yang mengikuti Tauladan
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam secara menyeluruh. Mulai dari kegiatan keseharian, maupun kegiatan
pembinaan, hingga ke ranah kepemimpinan dan politik.
Rasulullah saw.bersabda :
تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ اِنْ
تَمَسكْتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلًوْا اَبَدًا كِتَابَ اللهِ وَ سُنةَ رَسُوْلِهِ
"Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian,
yang kalian tidak akan tersesat selamanya selagi berpegang teguh kepada
keduannya yaitu kitab Allah (Al-Qur'an) dan sunnah rasul-Nya".
Telah
ditegaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, bahwa untuk bisa menapaki hidup di dunia tanpa kesesatan,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
memberikan jaminan asalkan manusia telah mengikuti dua pusaka beliau. Sebagai konsekuensinya,
setiap detik dan langkah kader IPM harus memiliki landasan yang kuat
berdasarkan petunjuk al-Qur’an dan as-Sunnah.
Hanya saja,
beberapa kader IPM dewasa ini lebih memilih menggunakan dasar “referensi
manusia” untuk dasar pergerakan dan wacana-wacana pergerakan IPM. Akibatnya,
kader tingkat grass root kurang mampu
memahami ideologi IPM dengan baik.
Memang baik
mempelajari ilmu pengetahuan terkini menyesuaikan perkembangan pemikiran modern
seperti filsafat manusia, falsafah pergerakan, maupun biografi-biografi tokoh
nasional dan internasional. Tetapi setiap kader tetap tidak boleh lupa jati
dirinya sebagai penyembah Allah dan pengikut Muhammad. Sebagai konsekuensi,
Sebagai
analogi, dahulu Umar bin Khattab pernah menemui
Rasulullah sambil membawa sebuah kitab dari kalangan ahli kitab, seraya
berkata,
"Wahai
Rasulullah, aku mendapat sebuah kitab yang bagus dari sebagian ahli kitab."
Ternyata Rasulullah tampak marah, seraya bersabda,
"Apakah
kalian tidak bingung tentang isinya wahai Ibnul-Khattab? Demi yang diriku ada
di Tangan-Nya, aku telah membawakan bagi kalian sesuatu yang putih dan suci.
Janganlah kalian menanyakan tentang sesuatu pun kepada mereka (Ahli Kitab),
lalu mereka menyampaikan yang benar kepada kalian namun kemudian kalian
mendustakannya, atau mereka menyampaikan yang batil kepada kalian lalu kalian
membenarkannya. Demi yang jiwaku da di Tangan-Nya, andaikan Musa masih hidup, maka tidak ada pilihan lain baginya kecuali
mengikuti aku."
Jikalau Rasulullah
masih hidup sekarang, bisa jadi beliau marah besar karena para pengikutnya yang
melimpah ini banyakyang telah meninggalkan kitab Allah dan sunnahnya sebagai
landasan hidup. Hanya dua kalimat tersisa di akhir tulisan ini, seberapa pahamkah
kita terhadap dua pusaka Nabi tersebut? Bercerminlah kawan...~_^
(hw)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar