Senin, 24 Desember 2012

IPM:Ikatan Pelajar Pengikut Muhammad


“Bagaimanakah seharusnya perilaku Pimpinan IPM itu?”
Sebuah pertanyaan unik muncul ketika Pelatihan Kader Taruna Melati 1 di Madrasah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta (20/12/12). Beberapa kader mungkin juga bertanya hal yang sama, karena kenyataannya tidak sedikit kader IPM yang tindak-tanduknya tidak mencerminkan kader IPM.
Menjawab pertanyaan di atas, kita patut mencoba memaknai kembali apa sebenarnya jati diri IPM itu. Jika diterjemahkan secara bahasa Ikatan Pelajar Muhammadiyah berarti “Ikatan Pelajar Pengikut Muhammad”. Terlepas dari berbagai deskripsi dan berbagai rumusan ideologi IPM yang selama ini telah terbentuk, dapat diambil kesimpulan sederhana bahwa kader IPM adalah sekumpulan orang yang mengikuti Tauladan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam secara menyeluruh. Mulai dari kegiatan keseharian, maupun kegiatan pembinaan, hingga ke ranah kepemimpinan dan politik.
Rasulullah saw.bersabda :
تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ اِنْ تَمَسكْتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلًوْا اَبَدًا كِتَابَ اللهِ وَ سُنةَ رَسُوْلِهِ

"Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, yang kalian tidak akan tersesat selamanya selagi berpegang teguh kepada keduannya yaitu kitab Allah (Al-Qur'an) dan sunnah rasul-Nya".
Telah ditegaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa untuk bisa menapaki hidup di dunia tanpa kesesatan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan jaminan asalkan manusia telah mengikuti dua pusaka beliau. Sebagai konsekuensinya, setiap detik dan langkah kader IPM harus memiliki landasan yang kuat berdasarkan petunjuk al-Qur’an dan as-Sunnah.
Hanya saja, beberapa kader IPM dewasa ini lebih memilih menggunakan dasar “referensi manusia” untuk dasar pergerakan dan wacana-wacana pergerakan IPM. Akibatnya, kader tingkat grass root kurang mampu memahami ideologi IPM dengan baik.
Memang baik mempelajari ilmu pengetahuan terkini menyesuaikan perkembangan pemikiran modern seperti filsafat manusia, falsafah pergerakan, maupun biografi-biografi tokoh nasional dan internasional. Tetapi setiap kader tetap tidak boleh lupa jati dirinya sebagai penyembah Allah dan pengikut Muhammad. Sebagai konsekuensi,
Sebagai analogi, dahulu Umar bin Khattab pernah menemui Rasulullah sambil membawa sebuah kitab dari kalangan ahli kitab, seraya berkata,
"Wahai Rasulullah, aku mendapat sebuah kitab yang bagus dari sebagian ahli kitab."
Ternyata Rasulullah tampak marah, seraya bersabda,
"Apakah kalian tidak bingung tentang isinya wahai Ibnul-Khattab? Demi yang diriku ada di Tangan-Nya, aku telah membawakan bagi kalian sesuatu yang putih dan suci. Janganlah kalian menanyakan tentang sesuatu pun kepada mereka (Ahli Kitab), lalu mereka menyampaikan yang benar kepada kalian namun kemudian kalian mendustakannya, atau mereka menyampaikan yang batil kepada kalian lalu kalian membenarkannya. Demi yang jiwaku da di Tangan-Nya, andaikan Musa masih hidup, maka tidak ada pilihan lain baginya kecuali mengikuti aku."
Jikalau Rasulullah masih hidup sekarang, bisa jadi beliau marah besar karena para pengikutnya yang melimpah ini banyakyang telah meninggalkan kitab Allah dan sunnahnya sebagai landasan hidup. Hanya dua kalimat tersisa di akhir tulisan ini, seberapa pahamkah kita terhadap dua pusaka Nabi tersebut? Bercerminlah kawan...~_^
(hw)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar